|


Planet Mirip Bumi Ditemukan di Luar Tata Surya

ESO
Ilustrasi planet

Jumat, 18 September 2009 11:06 WIB
BEIJING, KOMPAS.com — Beberapa ahli astronomi telah menemukan planet berbatu di luar sistem tata surya kita, dengan kepadatan yang terbukti sama dengan Bumi, demikian laporan studi oleh satu tim Eropa. Planet itu, yang dikenal sebagai COROT-7b, ditemukan pada Februari tahun ini oleh teleskop antariksa Eropa, COROT, yang telah melacak bintang tersebut yang diputarinya.Planet itu berjarak sekitar 500 tahun cahaya dari Bumi di dalam gugus bintang Monoceros, Unicorn. Meskipun para ilmuwan telah mencari kehidupan di langit dalam waktu cukup lama, ada dugaan bahwa satu planet memerlukan permukaan padat untuk menunjang kehidupan.Dari lebih 300 exoplanet yang dikenal, itu adalah planet pertama yang ditemukan yang tidak besar dan mengandung gas.Temuan mengenai planet berbatu dengan kepadatan seperti Bumi membawa kita satu langkah lebih dekat untuk menemukan planet lain yang serupa dengan planet kita.Meskipun planet itu sangat panas dan kekurangan air berarti tampaknya planet tersebut tak bisa menampung kehidupan, para ilmuwan mengatakan, hal itu tetap menjadi satu langkah penting karena itu memperlihatkan planet berbatu benar-benar ada. Temuan tersebut akan diterbitkan di dalam jurnal Astronomy and Astrophysics, terbitan 22 Oktober.
|
Ilmuan Meneliti Memori Lebah

Ditulis Oleh Administrator
Tuesday, 10 June 2008

Lebah bisa melakukan hal yang sangat kompleks dengan ukuran otak yang kecil yang mereka miliki, kata peneliti.

Lebah madu bisa mengingat wangi bunga yang mereka kunjungi dengan mengalokasikan jenis-jenis memori yang berbeda pada otak mereka yang kecil, dugaan para peneliti.

Profesor Lesley Rogers dari Universitas New England di Armidale, Australia dan Profesor Giorgio Vallortigara dari Universitas Trento di Itali melaporkan penemuan mereka minggu ini ke jurnal Plo ONE.

Para peneliti menunjukkan bahwa otak lebah dibagi atas dua bagian dengan fungsi yang berbeda yang dalam hal ini mengingatkan kita kepada otak manusia.

Dalam penelitian mereka, Rogers dan Vallortigara melatih lebah untuk mengenal rasa manis yang menyenangkan dengan aroma lemon dan rasa asin yang tidak menyenangkan dengan aroma vanila.

Setelah lebah dilatih untuk mengabaikan belalai mereka ketika mencium aroma lemon, namun tidak ketika mereka mencium aroma vanila, peneliti mencoba apa yang terjadi terhadap memori lebah ketika satu dari antena mereka tidak berfungsi.

Rogers dan Vallortigara menutup antena sebelah kiri atau kanan lebah dengan bahan yang dasarnya dari getah untuk menghentikan mendeteksi bau-bauan.

“Ketika kami meminta lebah untuk mengingat kembali dengan antena kiri yang tertutp, lebah bisa mengingat dengan baik memori dari dua aroma selama lebih kurang tiga jan, namun setelah itu tidak begitu baik,” kata Rogers. “Di lain sisi, jika kita menutup antena kanan dan mengetes lebah untuk meningat, awalnya tidak begitu baik, namun setelah enam jam lebah bisa mengingat kembali”.

Pola yang sama benar-benar terjadi ketika peneliti memberikan wangi-wangian pada bagian kiri atau bagian kanan lebah, tanpa menutup salah satu antenanya.

Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Hasil dari percobaan ini menduga bahwa antena kanan dan hubungan struktur otak membentuk basis untuk jangka pendek dan memori sementara, sementra antena kiri mendukung untuk memori jangka panjang.
“Jika dibandingkan dengan manusia dan hewan besar lainnya, otak lebah sangat simple”, kata Rogers. “Namun dengan otak yang simple lebah bisa melakukan hal-hal yang sangat komples. Lebah bisa belajar hal-hal yang hebat yang kita pikir tidak mungkin sebelumnya,” katanya. “ Jelas antena lebah sangat efisien untuk otak lebah”.
Sampai dengan pertengahan tahun1970, ilmuan mengira hanya manusia yang memiliki otak yang terbagi dua dengan aturan yang berbeda. Sejak itu, para peneliti menunjukkan bahwa semua hewan vertebrata memiliki dua struktur bagian pada otak mereka. Dan baru-baru ini, pada serangga, seperti lebah, juga memiliki otak yang memiliki devisi fungsi yang terbagi dua bagian.


“Di sini kemungkinan ada sesuatu yang sangat mendasar tentang perbedaan fungsi kontrol bagian kanan dan kiri dan penyebab perbedaan formasi memori,” kata Rogers.

Sumber: Stephen Pincock http://www.abc.net.au
|
Ilmuwan menemukan species baru di Indonesia

Ditulis Oleh Administrator
Sunday, 12 August 2007
Sebuah tim ilmuwan internasional telah menemukan species baru ikan dan serangga, termasuk kecoak monster yang hidup di gua-gua di gugus kepulauan terpencil di Kalimantan Timur.
Dipimpin oleh organisasi dari Amerika, The Nature Conservancy, tim ini mengatakan lokasi penemuan terancam oleh kerusakan lingkungan dan meminta perhatian pemerintah secepatnya.
"Hanya dalam lima minggu saja tim ekspedisi telah menemukan begitu banyak species yang tidak ada dalam perbendaharaan sebelumnya. Siapa tahu apa lagi yang akan kita temukan nanti?" kata Scott Stanley, manager dari program konservasi untuk Kalimantan Timur."Apabila pemerintah tidak melindungi alam ini bisa jadi sekitar selusin species telah terlanjur hilang tanpa kita tahu kalau species itu pernah ada".
Tim ini mensurvei empat gua di Sangkulirang yang mungkin adalah tempat terbesar bagi satwa endemik di Kalimantan. Dari penemuan ini juga terdapat "kepiting mikro" dan serangga raksasa pemakan daun, beberapa species ikan, dua species siput dan sejumlah species tanaman baru.
"Hasil ini menunjukkan perlunya perlindungan pulau ini dari penebangan, pertambangan dan kebakaran hutan", kata Stanley.
Terakhir diperbaharui ( Sunday, 12 August 2007 )
|

Koneksi Otak Melemah Ketika Tidur

Ditulis Oleh Administrator
Wednesday, 23 January 2008

Sebagian besar orang berdasar pengalamannya menyadari bahwa otak tidak dapat menyerap informasi lagi ketika terbangun sampai larut malam atau dalam waktu yang lama. Dan tidur selama beberapa jam akan menyegarkan otak kembali.Penelitian baru oleh Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat University of Wisconsin mengklarifikasi fenomena ini, mendukung gagasan bahwa tidur memainkan peran penting pada kemampuan otak dalam beradaptasi terhadap lingkungan. Kemampuan tersebut diebut plastisitas yang merupakan inti penelitian mereka. Seperti yang dilaporkan pada versi online Nature Neuroscience, terbitan 20 Januari 2008, peneliti dari UW-Madison menunjukkan beberapa bukti bahwa sinapsis (sel saraf yang berhubungan dengan plastisitas otak) sangat kuat ketika tikus terbangun dan lemah ketika mereka tidur. Penemuan baru ini menegaskan hipotesa dari peneliti UW-Madison tentang peranan dari tidur. Mereka percaya bahwa ketika manusia tidur sinapsis memperkecil diri dan bersiap untuk hari yang baru dan masa belajar dan penguatan sinapsis berikutnya.Otak manusia menghabiskan 80 persen energinya pada aktivitas sinaptik, dengan secara konstan menambah dan memperkuat koneksi untuk merespon semua jenis rangsangan, seperti dijelaskan oleh Chiara Cirelli, kepala penelitian yang juga professor psikiatri. Mengingat bahwa terdapat ribuan sinapsis pada setiap neuron yang berjumlah jutaan pada otak manusia, maka pengeluaran energi ini sangatlah besar dan tidak dapat ditopang. "Kita memerlukan masa offline, dimana kita tidak terekspos terhadap lingkungan, sehingga sinapsis tak bekerja, kita percaya bahwa itulah alasan manusia dan semua makhluk hidup tidur. Tanpa tidur, otak akan mencapai titik jenuhnya sehingga mengurangi energi, kemampuan menyimpan dan kemampuan belajar dari otak.” sebut Cirelli. Untuk menguji teori ini, peneliti menggunakan elektrofisiologi dan molekuler pada tikus dan mengevaluasi penguatan dan pelemahan sinapsis ketika tikus tidur maupun bangun. Kemudian diambil potongan otak tikus untuk mengukur jumlah reseptor atau pengikat yang bergerak ke sinapsis. "Penelitian terakhir menunjukkan ketika aktivitas sinaptik meningkat, jumlah reseptor glutamatergic yang masuk ke sinapsis meningkat dan membuat sinapsis lebih besar dan kuat," jelas Cirelli. Kelompok ini terkejut ketika menemukan bahwa tikus mengalami kenaikan reseptor 50% ketika bangun daripada saat tikus tidur.Pada percobaan molekuler, peneliti memeriksa jumlah reseptor yang mengalami fosforilasi, indikasi lain yang menunjukkan penguatan sinaptik. Mereka menemukan bahwa tingkat fosforilasi jauh lebih tinggi pada saat tikus bangun. Hasil yang sama ditunjukkan ketika mereka mengukur enzim lain yang biasanya aktif saat penguatan sinaptik. Untuk memperkuat argument mereka, Cirelli dan koleganya juga melakukan pengujian pada tikus hidup untuk mengevaluasi sinyal listrik yang merefleksikan perubahan sinaptik pada waktu berbeda. Hal ini meliputi merangsang salah satu sisi otak tikus dengan elektroda dan mengukur respon yang ditimbulkan yang setara dengan EEG di sisi lainnya.Penelitian kembali menunjukkan bahwa untuk tingkat rangsangan yang sama, respon ketika bangun lebih kuat daripada saat tikus tidur, mengindikasikan bahwa sinapsis pasti menjadi lebih kuat ketika bangun. "Dengan mengambil hasil pengukuran molekuler dan elektrofisiologi sangat sesuai dengan ide bahwa sirkuit otak manusia semakin kuat secara progresif ketika bangun dan tidur membantu kalibrasi ulang otak pada garis topangan dasar,” jelas Cirelli. Teori yang dikembangkan Chiara Cirelli bersama Dr. Giulio Tononi, disebut hipotesa sinaptis homeostatis, berlawanan dengan banyak teori peneliti lain tentang pengaruh tidur terhadap pembelajaran. Ide paling popular saat ini adalah ketika tidur sinapsis bekerja keras mengulang dan mengkonsolidasi informasi yang didapat sebelumnya, sebut Cirelli. "Itu berbeda dengan pemikiran kami," sebut Cirelli. "Kami percaya bahwa belajar hanya terjadi ketika manusia bangun, dan fungsi utama dari tidur adalah menjaga otak manusia dan semua sinapsisnya efisien”
Sumber: University of Wisconsin-Madison
|
Ditemukan 10 Planet Baru di Luar Tata Surya
Ditulis Oleh Administrator
Monday, 07 April 2008
Sebuah kelompok astronom internasional telah menemukan 10 planet baru yang pusat orbitnya bukan matahari. Tim itu menggunakan kamera robotik yang mendapatkan informasi cukup banyak tentang dunia lain tersebut, bahkan ada yang cukup eksotis. Sistem ini diharap akan merevolusi pandangan ilmu pengetahuan tentang pembentukan planet.

Dua diantara kelompok astronom itu berasal dari A.S, Rachel Street dan Tim Lister. Street adalah mahasiswa pasca-sarjana di University of California, Santa Barbara dan Las Cumbres Observatory Global Telescope Network (LCOGTN) di Santa Barbara. Lister adalah pimpinan proyek di LCOGTN.

Pemimpin tim, Don Pollaco dari Queen’s University, Belfast, Irlandia Utara, akan mengumumkan penemuannya pada pidato di pertemuan astronom nasional Royal Astronomical Society’s di Inggris pada hari rabu 2 April.

Kolaborasi internasional ini disebut “SuperWASP,” untuk Pencarian untuk Planet(Wide Area Search for Planets).



Teknik penemuan planet ini member informasi lebih tentang pembentukan dan evolusi planet daripada teknik gravitasi. Astronom mencari “transits,” momen dimana planet lewat didepan bintangnya, sama seperti gerhana di bumi.

Pada 6 bulan terakhir tim SuperWASP menggunakan 2 kamera di kepulauan Canary dan Afrika Selatan untuk menemukan 10 planet baru diluar tata surya.

Dengan teknik gravitasi, ilmuwan telah menemukan 270 planet diluar tata surya sejak awal 1990. Mereka mengukur gaya tarik gravitasi pada bintang yang berasal dari planet yang mengelilinginya. Ketika planet bergerak maka gaya tarik itu berubah. Tetapi hal ini baru dapat menemukan planet baru jika suatu bintang diamati dalam beberapa minggu atau bulan, sehingga kecepatan penemuannya lambat.

Teknik SuperWASP meliputi 2 set kamera yang mengamati kejadian transit dimana planet tepat berada didepan bintangnya sehingga memblok cahaya bintang yang mengakibatkan bintang tersebut terlihat dari bumi lebih pucat. Kamera SuperWASP bekerja sebagai robot, mengamati area luas dari langit pada sekali pandang. Setiap malam astronom menerima data tentang jutaan bintang. Mereka mencari data transit dan menemukan planet. Teknik transit juga memungkinkan ilmuwan untuk menyimpulkan ukuran dan massa planet.

Kolaborator dari seluruh dunia mengikuti setiap kemungkinan planet yang ditemukan SuperWASP dengan observasi lebih detil untuk mengkonfirmasi atau menolak penemuan tersebut.
Astronom yang bekerja di Las Cumbres Observatory Global Telescope Network (LCOGTN) bekerjasama dengan UC Santa Barbara memakai teleskop robotik di Arizona, Hawaii, dan Australia. Teleskop tersebut menyediakan data berkualitas tinggi untuk dipilih untuk observasi lebih lanjut. Data ini bersama data dari Nordic Optical Telescope di La Palma, Spanyol; the Swiss Euler Telescope di Cili; dan the Observatoire de Haute Provence di Perancis Selatan; memberi konfirmasi akhir adanya penemuan baru.

Total 46 planet telah ditemukan terhadap bintang transitnya. Sejak dioperasikan tahun 2004, kamera SuperWASP telah menemukan 15 bintang dan merupakan survey transit tersukses di dunia.
Planet yang ditemukan SuperWASP bermassa diantara separuh sampai delapan kali massa planet terbesar di tata surya yaitu Jupiter.

Angka dari dunia baru ini cukup menakjubkan. Sebagai contoh satu tahun versi WASP-12b, adalah setara dengan sehari lebih sedikit waktu bumi. Planet ini sangat dekat dengan bintangnya sehingga suhu siang harinya dapat mencapai 2300 derajat Celsius.

Lister dan Street dari LCOGTN/UCSB sangat gembira dengan hasil ini. Street menggambarkan penemuan ini sebagai langkah maju yang sangat besar bagi bidangnya.
Lister mengatakan, “Banyaknya penemuan baru dari SuperWASP akan merevolusi pengertian kita tentang pembentukan planet. Jaringan teleskop fleksibel global milik LCOGTN memainkan peranan terpenting dari usaha dunia untuk mempelajari planet baru.”

Sumber : University of California - Santa Barbara